SEMANGAT QURBAN (1): SOSOK NABI IBRAHIM AS

bi-smi llāhi r-raḥmāni r-raḥīm


Momen idul adha atau idul qurban akan membuat benak kita secara otomatis mengasosiakannya kepada dua sosok manusia pilihan, nabiyullah Ibrahim ʿalayhi s-salām dan Ismail ʿalayhi s-salām. Sudah ramai keduanya dibahas, diulas dan dikisahkan kembali, namun tak akan menjadi klise dan kering untuk terus digali dan direnungkan. Insya Allah tulisan ini mencoba mengajak kita kembali mengambil nilai-nilai pokok dari warisan (legacy) keduanya.


Nabi Ibrahim as


[1]
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. [QS. Āli ʿImrān 3:67]


Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. [QS. Āli ʿImrān 3:68]


Ayat 67 surat ali-Imran di atas menunjukkan kapasitas seorang Ibrahim. Beliau di-recognize dan di-claim (dikenal dan diaku) oleh kaum Yahudi maupun Nasrani. Ini memperlihatkan bahwa kualitas beliau merupakan pribadi yang menjadi tokoh dan panutan bagi mereka. Dan mereka saling berbantah-bantahan akan hal itu. Ayat inilah yang meluruskan bahwa beliau adalah seorang yang hanif, seorang muslim, dan tak pernah sekalipun masuk golongan musyrik.


Pertanyaannya, sudahkah kita me-recognize (mengenal) beliau, mengenal sosok beliau?


Ayat ke 68 berikutnya melanjutkan, bahwa seseorang yang dekat dengan nabi Ibrahim as adalah orang yang mengikuti beliau, nabi Muhammad saw, dan mukminin. Kita sebagai seorang beriman (mukmin) tentu saja mengikuti sebagaimana nabi Muhammad saw mengikuti nabi Ibrahim as.


[2]
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), [QS. An-Naḥl 16:120]


(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. [QS. An-Naḥl 16:121]


Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. [QS. An-Naḥl 16:122]


Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.  [QS. An-Naḥl 16:123]


Untuk mengenal nabi Ibrahim as, Allah SWT dalam Al-Qur’an telah memberikan gambaran bagaimana sosok beliau, sosok seorang kekasih Allah, seperti dalam beberapa ayat di surat An-Naḥl di atas. Ayat 120 menunjukkan kualitas beliau sebagai pemimpin (terjemahan Qur’an bahasa Inggris menyebutkan comprehensive leader), sebagai imam yang dijadikan panutan, panutan yang taat dan patuh kepada Allah (ˈummatan qānitan). Panutan berarti yang memberikan contoh dan mengajarkan tentang kebaikan.


Allah telah menjadikan beliau pemimpin sebagai panutan setelah beliau menunaikan berbagai amanah yang telah diberikan, lihat QS. Al-Baqarah 2:124: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".


Tak cukup hanya sampai di beliau kualitas pemimpin itu, beliau juga berharap keturunannya menjadi pemimpin juga. Sebagaimana kita juga senantiasa berdoa untuk pasangan kita, keturunan kita dan diri kita sendiri, robbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun, waj’alna lilmuttaqina imamaa [QS. Al-Furqān 25:74]. Kita berusaha memantaskan diri kita sebagai pemimpin dan juga menyiapkan pasangan dan keturunan kita sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.


Selanjutnya di akhir ayat 120 surat An-Naḥl disebutkan nabi Ibrahim as tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.


Kemudian di ayat 121 surat An-Naḥl, sosok nabi Ibrahim as digambarkan sebagai seorang yang senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Sehingga dengan kualitas beliau yang sebagai pemimpin, panutan yang patuh dan taat, tidak musyrik, dan senantiasa bersyukur; Allah kemudian memilih beliau sebagai pengemban misi risalah-Nya dan memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.


Nabi Ibrahim as adalah dipilih Allah sebagaimana kita juga dipilih Allah, lihat QS. Al-Ḥajj 22:78: ...Dia telah memilih kamu .... Kita sebagai mukmin telah dipilih Allah. Insya Allah di kesempatan lain akan dibahas.


Ayat 122 surat An-Naḥl selanjutnya mengabarkan bahwa Allah memberikan kepada nabi Ibrahim as fī d-dunyā ḥasanah (kebaikan di dunia). Mungkin masih ingat doa sapu jagat, lihat QS. Al-Baqarah 2:201. Dan di akhirat beliau dimasukkan sebagai orang sholeh.


Di ayat 123 surat An-Naḥl diperintahkan kepada nabi Muhammad saw agar mengikuti ajaran nabi Ibrahim as, yaitu berupa ajaran ketawhidan, yang tidak mempersekutukan Allah. Kita sebagai umat nabi Muhammad saw, mencontoh bagaimana nabi Muhammad saw mengikuti ajaran-ajaran nabi Ibrahim as.

[Bersambung ke bag 2…]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANUGERAH KEBAIKAN (HARTA) UNTUK KEBAIKAN

Language Theory Humor

WHAT'S LEFT BEHIND?