SEMANGAT QURBAN (4): PERISTIWA PENYEMBELIHAN ISMAIL AS

bi-smi llāhi r-raḥmāni r-raḥīm

[6]
Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:99]

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:100]

Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:101]

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:102]

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:103]

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:104]

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:105]

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:106]

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:107]

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:108]

(yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:109]

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:110]

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. [QS. Aṣ-Ṣāffāt 37:111]


Ayat 99 sampai dengan 111 surat Ash-Shaffat di atas mengisahkan rangkaian peristiwa penyembelihan nabi Ismail as oleh nabi Ibrahim as. Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan setelah Allah menolong nabi Ibrahim as dari kejahatan kaumnya dan mereka tak jua beriman, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang besar. Maka nabi Ibrahim as hijrah dari kalangan mereka seraya berkata seperti di ayat 99 dan ayat 100. Beliau memohon diberikan anak-anak yang taat sebagai ganti dari kaumnya dan kaum kerabatnya.

Hal ini bisa memberi makna bahwa tak perlu hilang harapan, ketika ajakan kepada kebaikan tidak diterima, karena masih banyak tempat lain. Dan harapan itu setidaknya masih bisa diwujudkan di lingkungan keluarga.

Allah SWT memberikan kabar gembira dengan dikaruniakan seorang anak yang amat sabar, yaitu nabi Ismail as. Kesabaran nabi Ismail as ini terlukiskan dalam dialog di ayat 102. Coba kita bayangkan kisah itu dialami oleh diri kita sebagai ayah yang bermimpi bahwa anak kita disakiti atau mengalami penderitaan, sudah tentu perasaan kita akan sangat gundah dulana. Mimpi itu juga dialami beruang-ulang. Dan mimpi itu bukan hanya anak yang disakiti, tapi disembelih, bahkan yang menyembelih itu adalah kita sendiri. Betapa sangat berkecamuknya perasaaan kita.

Nabi Ibrahim kemudian mengkonsultasikan, memberikan pemahaman, mimpinya tersebut langsung ke nabi Ismail, bukan kepada yang lain. Kalau kita mungkin akan berkonsultasi ke terapis untuk mengatasi kegundahan yang melanda. Luar biasanya nabi Ismail, yang memang berkualitas nabi, ketika mendengar cerita mimpi ayahnya, nabi Ismail tahu bahwa ini adalah perintah Allah SWT, padahal nabi Ibrahim hanya menyebutkan bahwa ia bermimpi. Dan atas perintah itu, nabi Ismail menerimanya dan berharap diberikan kesabaran dalam menjalankannya. Terbukti, nabi Ismail as beserta nabi Idris as dan nabi Dzulkifli as termasuk sebagai orang-orang yang sabar, lihat QS. Al-Anbiya 21:85.

Ayat 103 menceritakan proses pelaksanaan penyembelihan. Di dalam hadits diceritakan lebih detail kronologisnya. Untuk kesempatan di sini tidak akan dirinci kisahnya.

Ketika sudah akan terlaksana penyembelihan itu, ketika pisau sudah menempel di leher Ismail as, Nabi Ibrahim as di seru bahwa beliau telah membenarkan mimpinya (ayat 104-105). Allah SWT memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Maksudnya, ketika Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah untuk menyembelih anaknya, Allah SWT memberikan jalan keluar dan kemudahan untuk urusan tersebut. Hal ini semakna dengan QS. Aṭ-Ṭalāq 65:2-3: _Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu._

Ayat 106 menyatakan bahwa perintah menyembelih anaknya adalah ujian yang jelas dan gamblang. Dan nabi Ibrahim as bersegera mengerjakannya dengan penuh rasa berserah diri kepada Allah SWT dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Dengan itulah disebutkan dalam QS. An-Najm 53:37:  _dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji_.

Dalam ayat 107, dengan ketundukpatuhan nabi Ibrahim as atas perintah Allah SWT, diberikanlah jalan keluar baginya berupa seekor sembelihan yang menggantikan nabi Ismail as.

Kemudian di ayat 108 dan 109 disebutkan bahwa untuk nabi Ibrahim as itu diabadikan pujian yang baik: _salāmun ʿalā ʾibrāhīm_, sebagaiman kita dalam sholat mengucapkan salam dan shalawat kepada nabi Ibrahim as. Selain itu kita juga menangkap pesan bahwa apa-apa yang telah dilakukan oleh nabi Ibrahim as itu menjadi langgeng dan menjadi warisan (_legacy_) bagi orang-orang setelah beliau. Warisan beliau salah satunya adalah syariat berqurban, selain itu juga seperti tata cara ibadah haji, dan lain-lain. Dan kita diperintahkan mengikuti beliau sebagaina nabi Muhammad saw mengikutinya, QS. An-Naḥl 16:123.

Ayat 110 menyambungkan kepada orang-orang yang berbuat baik, mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya, bahwa akan mendapat peluang untuk memperoleh balasan kebaikan seperti yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim as.

Selanjutnya di ayat 111 menggarisbawahi bahwa nabi Ibrahim as adalah orang yang beriman.


[Selesai: SEMANGAT QURBAN]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANUGERAH KEBAIKAN (HARTA) UNTUK KEBAIKAN

Language Theory Humor

WHAT'S LEFT BEHIND?